Tuesday, September 29, 2015
Wednesday, September 23, 2015
FORMULIR PENULISAN TRANSKRIP / IJAZAH
FORMULIR
PENULISAN TRANSKRIP / IJAZAH
1. Nama
Lengkap : MUHAMMAD SYAIFUL WAHID
2. NIM :
120500059
3. Tempat dan Tanggal Lahir : SAMARINDA,
27 SEPTEMBER 1994
4. Jurusan :
MANAJEMEN PERTANIAN
5. Program
Studi :
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
6. Terdaftar
di Poltanesa Tahun : 2012
7. Lulus
/ Tanggal : 16
SEPTEMBER 2015
8. Indeks
Prestasi Komulatif : 3,25
9. Predikat
Kelulusan : SANGAT MEMUASKAN
10. Agama :
ISLAM
11. Jenis
Kelamin :
LAKI-LAKI
12. Nama
Orang Tua :
MUHAMMAD TOYIB
13. Alamat Lengkap Asal SMU/MA : SMK NEGERI 1 SANGA-SANGA KUTAI
SMK/Tahun KARTANEGARA
14. No.
HP/Telp/Email :
081347013067
15. Lokasi PKL :
DESA SENYIUR KEC. MUARA ANCALONG
PT.
SAWIT SUKSES SEJAHTERA
16. Judul
Karya Ilmiah : PERENDAMAN KECAMBAH KAKAO
DALAM AIR KELAPA
TERHADAP PERTUMBUHSN BIBIT KAKAO (THEOBROMA
CACAO .L) VAR.LINDAK
Samarinda,
Mahasiswa Yang Bersangkutan
MUHAMMAD
SYAIFUL WAHID
NIM. 120500059
Syarat Pendaftaran:
1. Formulir harus diketik dengan huruf balok/capital
2.
Foto copy ijazah SLTA 2 (dua) lembar
3.
Pas photo hitam putih terbaru (pakai jas/dasi)
4.
Pas photo Warna terbaru (pakai jas/dasi) Ukuran 3x4 = 2 lembar
5.
Foto copy caver PKL 2 lembar
6. Foto copy karya imliah 2 lembar
Friday, August 28, 2015
Dragon Ball Kecil Saga 1 : Emperor Pilaf Saga Subtitle Indonesia (1986)
Dragon Ball Kecil Saga 1 : Emperor Pilaf Saga Subtitle Indonesia (1986)
Dragon Ball Z seri Saiyan Saga adalah seri awal dari Dragon Ball Z. Saiyan Saga berawal setelah lima tahun seri Dragon Ball. Sebuah reuni di Kame House reuni Goku dengan guru tua, Master Roshi, dan teman-temannya Krillin dan Bulma, yang semuanya belum pernah melihat satu sama lain setelah lima tahun. Goku mengejutkan semua orang dengan membawa seorang anak yang berusia empat tahun, Gohan. Sayangnya, reuni ini terganggu oleh kedatangan sesosok orang misterius, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Saiyan bernama Raditz. Itulah awal mulanya, biar lebih jelasnya download videonya ya :D
Episode 1 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 2 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 3 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 4 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 5 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 6 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 7 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 8 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 9 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 10 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 11 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 12 [ mkv ] [ mp4 ]
Episode 13 [ mkv ] [ mp4 ]
Download Episode Dragon Ball Kecil Subtititle Indonesia
Download Episode Dragon Ball Kecil Subtititle Indonesia
Dragon Ball Kecil adalah awal mula dari anime dragon ball, di dragon ball masa kecil ini adalah awal mula Goku bertemu dengan teman-temannya seperti Bulma, Kuririn, kakek Kura-Kura, Yamucha, Oolong, Yajirobe, Tienshinhan, Piccolo, DLL yang mau tau kisahnya download ya :D
LINK DOWNLOAD DRAGON BALLL KECIL EPISODE SUB INDO
[ Download ] Saga 1 : Emperor Pilaf Saga (1986)
[ Download ] Saga 2 : Tournament Saga (1986)
[ Download ] Saga 3 : Red Ribbon Army Saga (1986–1987)
[ Download ] Saga 4 : General Blue Saga (1987)
[ Download ] Saga 5 : Commander Red Saga (1987)
[ Download ] Saga 6 : Fortuneteller Baba Saga (1987)
[ Download ] Saga 7 : Tien Shinhan Saga (1987–1988)
[ Download ] Saga 8 : King Piccolo Saga (1988)
[ Download ] Saga 9 : Piccolo Jr. Saga (1988–1989)
Tuesday, August 25, 2015
Sunday, August 23, 2015
Friday, August 14, 2015
Kakao bagi Indonesia
I.
PENDAHULUAN
Kakao
bagi Indonesia merupakan komoditi ekspor yang berpeluang baik bila dikembangkan
dan dikelola dengan tepat. Oleh karena itu, kakao merupakan komoditi yang
dipercepat pengembangannya oleh pemerintah sejak Pelita III. Pengusahaan perkebunan
kakao di Indonesia 22.98% diusahakan melalui perkebunan besar negara, 11.28%
diusahakan melalui perkebunan swasta sedangkan pengusahaan melalui perkebunan
rakyat adalah yang terbesar yaitu 5.74% (Wahyudi,
2008).
Cahyono (2010) menyatakan bahwa perkebunan kakao di
Indonesia mempunyai prospek yang cerah bila diusahakan dengan baik. Faktor yang
mendukung pesatnya perkembangan budidaya kakao di Indonesia adalah masih
tersedianya lahan di samping cukup tersedianya tenaga kerja.
Kakao
sebagai komoditi yang akan diperdagangkan di luar negeri harus mampu bersaing
di pasaran dunia. Usaha untuk meningkatkan daya saing komoditas tersebut perlu segera
dirumuskan. Penerapan teknik budidaya yang efektif dan efisien diharapkan
sebagai salah satu cara yang dapat digunakan untuk menekan harga pokok, dan
rendahnya harga pokok akan meningkatkan daya saing. Kesalahan penerapan teknik
budidaya sejak awal akan berakibat pada kondisi pertanaman yang kurang baik,
hal ini berarti suatu usaha yang tidak efisien.
Dewasa ini di
Indonesia dibudidayakan dua jenis kakao yaitu
jenis Lindak (Bulk) dan jenis Mulia (Edel).
Mengigat kemudahan menanam, cepatnya berbuah, kuatnya pertumbuhan,
pengolahan hasil yang sederhana dan peluang pemasaran yang baik maka telah
ditetapkan bahwa pengembangan kakao rakyat dititikberatkan pada kakao dari jenis Lindak. Umumnya kakao
jenis Lindak dikembangkan melalui teknik
semaian dengan menggunakan benih hibrida
(Wahyudi, 2008).
Di dalam dunia
tumbuhan, zat pengatur tumbuh (ZPT) mempunyai peran penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Selain zat pengatur tumbuh
alamiah, dewasa ini telah dibuat zat pengatur tumbuh sintetis untuk keperluan
pertanian dan penelitian yang akan bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan alam umumnya, bidang pertanian khususnya.
Suatu hal yang
menjadi masalah adalah masih dirasakan terlalu mahalnya zat pengatur tumbuh
sintetis sehingga diperlukan adanya terobosan-terobosan baru yang lebih menguntungkan untuk mendukung
pengembangan perkebunan kakao terutama
di Perkebunan Rakyat. Salah satu
alternatif untuk mengatasi mahalnya zat pengatur tumbuh sintetis tersebut
adalah digunakannya air kelapa.
Air kelapa
tidak hanya menyebabkan pembelahan sel dan pertumbuhan embrio kelapa tapi juga
dapat mendukung pertumbuhan tanaman lainnya (Harjadi, 2009). Dalam percobaan kultur jaringan di Laboratories of
koog and strong University of Wisconsin, melalui percobaan dengan batang
tembakau yang ditumbuhkan pada medium sintetis, Miller dalam Khrishnamoorthy
(1981) mengemukakan bahwa senyawa yang aktif dalam air kelapa adalah kinetin,
Kinetin merupakan turunan dari
hormon sitokinin. Adapun fungsi utama sitokinin adalah merangsang pembelahan
sel (Anonim 2004).
Keberhasilan
suatu usaha tani sangat bergantung pada pertumbuhan tanaman dan produksi. Oleh sebab itu pengetahuan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan akibat yang ditimbulkan
adalah penting.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh perendaman kecambah kakao dalam air kelapa terhadap pertumbuhan bibit
kakao.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai bahan
informasi bagi mahasiswa dan petani mengenai manfaat perendaman kecambah kakao
dalam air kelapa terhadap pertumbuhan bibit kakao.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Umum Tananaman Kakao
Tanaman kakao (Theobroma
cacao L.) adalah salah satu spesies dari dua puluh dua spesies dalam genus Theobroma dengan famili Sterculiaceae yang merupakan tanaman
asli hutan hujan tropis.
Sunanto (1999) memberikan klasifikasi tanaman kakao
sebagai berikut :
Divisi : spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Order :
Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
spesies
: Theobroma cacao
Tanaman kakao mempunyai sifat pertumbuhan dimorfous,
artinya mempunyai dua cabang yaitu cabang plagiotrop dan cabang ortotrop.
cabang plagiotrop adalah cabang yang tumbuh mendatar (horizontal) sedangkan
cabang ortotrop adalah cabang yang tumbuh tegak (vertikal). Cabang utama kakao
berjumlah tiga, empat atau lima. Cabang samping tumbuh dari cabang utama.
Tanaman kakao adalah tanaman dengan tipe bunga sempurna. Bunga terdiri atas 5
kelopak mahkota dan 10 benang sari. Benang sari terdiri atas benang sari fertil
dan steril berjumlah masing-masing lima buah yang tersusun secara berselang-seling
(Sunanto, 1999)
Morfologi Tanaman Kakao menurut susanto (1994) adalah sebagai berikut :
1.
Biji
Kakao termasuk
tanaman kauliflori yang artinya
bunga dan buah tumbuh pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah
terdapat sekitar 20 - 50 butir biji, yang tersusun dalam lima baris dan menyatu
pada bagian poros buah.
Biji dibungkus
oleh daging buah atau pulp yang berwama
putih
dan
rasanya manis. Pulp tersebut
mengandung zat penghambat per- . kecambahan, namun karena
biji kakao tidak merniliki masa dorman maka seringkali biji dalam
buah pun dapat tumbuh bila
terlambat di panen. Biji kakao terdiri
dari kulit biji atau testa, dua kotiledon
yang aling melipat, dan embrio
yang terdiri dari epikotil, hipokotil
dan radikula.
Biji kakao termasuk
epigeous yang artinya
hipokotil meman-
jang mengangkat
kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini
disebut fase serdadu,
yang kemudian diikuti
mem- bukanya kotiledon dan epikotil meman jang dengan empat Iembar daun
pertama.
2.
Batang
Daerah asli tanaman
kakao adalah hutan tropis yang lebat, curah hujan cukup tinggi,
suhu sepanjang tahun relatif
tinggi dan konstan, an kelembaban cukup
tinggi. Akibatnya adalah tanaman dapat tum- uh tinggi tetapi
bunga dan buahnya sedikit.
Tetapi tanaman kakao ang diusahakan di perkebunan
pada umur 12 tahun dapat mencapai
5 - 7,0 m
tergantung intensitas naungan
dan faktor-faktor lainnya.
Kakao bersifat
dimorfisme, artinya merniliki
dua macam percabangan atau tunas
vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang
tumbuh ke tas dan tunas
plagiotrop yang tumbuh
ke samping, cabang
kipas atau fan. Kedua macam
cabang tersebut memiliki
perbedaan dalam rumus daun, rnisalnya cabang
ortotrop merniliki rumus
daun 3/8 dan plagiotrop, di
samping itu juga ukuran dan tangkai daun. Tanaman
yang berasal dari biji setelah mencapai
tinggi sekitar 9-1,5 m akan membentuk
jorket, yang kemudian tumbuh
3-6 cabang yang arahnya kesamping dengan sudut 0-90
.
Cabang-cabang ini disebut cabang primer atau cabang plagiotrop. Kemudian
disusul caban-cabang lateral atau fan. Tanaman
kakao yang banyak diperbanyak secara vegetatif tidak membentuk jorket.
Cabang-cabang primer tumbuh dekat pada permukaan tanah, sehingga tanaman lebih
rendah daripada tanaman yang berasal dari biji.
Tunas-tunas air atau chupon
dapat tumbuh dari batang ataupun cabang dan dapat membentuk jorket baru.
Tunas air apabila tidak dikurangi dapat bersaing dengan batang utama sehingga
akan mengurangi pembungaan dan pembuahan.
3.
Daun
Daun kakao memiliki dua persendian atau articullation yang terletak pada pangkal
dan ujung pangkal daun. Hal ini memungkinkan pergerakan daun menyesuaikan
dengan arah datangnya sinar matahari. Tangkai daun pada cabang ortotrop lebih
panjang, sekitar 7,5-10cm. Sedangkan pada cabang plagiotrop tangkai daun lebih
pendek sekitar 2,5cm. Tangkai daun bersisik halus dan membentuk sudut daun
30-60
dan berbentuk silinder.
Kuncup-kuncup daun dilindungi stipula yang segera gugur apabila
daunnya tumbuh. Warna daun muda kemerahan sampai merah tergantung dari
varietasnya, dan bila
telah dewasa menjadi
hijau tua. Bentuk daun bulat
memanjang dengan ujung
dan pangkal meruncing. Panjang daun
dewasa sekitar 30
cm dan lebar
sekitar 10 cm.
Masa
tumbuh tunas-tunas baru disebut flush, di mana tunas
membentuk 3 - 6 helai daun
baru sekaligus. Setelah
masa bertunas tersebut selesai, kuncup-kuncup kembali
dorman selama periode
tertentu. Oleh rangsangan faktor
lingkungan kuncup-kuncup akan
kernbali bertunas serempak lagi.
Stomata
hanya terdapat
pada permukaan bawah
daun yang letaknya
tenggelam atau kriptofor.
Jumlah stomata menurut
penelitian di Jatirunggo rata-rata
70 stomata tiap mm
.
Tanaman
kakao termasuk tanaman
yang memerlukan naungan, sehingga dengan
mengatur penaung dan pengurangan daun
atau pemangkasan sangat
mempengaruhi pembungaan.
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertunasan adalah
suhu udara. Perbedaan suhu
siang dan malam
yang besar akan
memacu pertunasan. Suhu dan
kelembaban berkaitan dengan
intensitas naungan. Kakao
yang tanpa naungan
akan bertunas lebih
sering dan lebih intensif.
Untuk pertumbuhan ranting-ranting diperlukan banyak asimilat yang
diambil dari daun-daun
tua, dan organ-organ lain
seperti kulit dan buah.
Daun-daun muda belum
mampu melakukan foto- sintetis sebab
kloroplas baru terbentuk
setelah daun mencapai
ukuran maksimum.
Pada
saat bertunas tanaman
kakao lebih peka
terhadap serangan hama dan
penyakit. Pertunasan dapat
dipacu dengan pemangkasan berat, sebab
dengan pemangkasan zat penghambat dari
daun tua dapat diatasi. Sementara
itu
zat pertumbuhan sitokinin yang
dibuat dalam akar dapat diangkut dalam
jumlah yang tetap.
Keseimbangan keduanya dapat mengatur
siklus pertunasan. Menurut
Alvim et aI, pembentukan tunas
dan daun muda pada tanaman kakao
diatur oleh dua macam hormon yang
fungsinya saling berlawanan satu sama lain. Hormon pertama adalah Abscisic
Acid (ABA) yang
mempunyai peranan
menghambat pertumbuhan tunas.
Daun muda ABA
ini dihasilkan oleh daun-daun
yang telah tua. Hormon
yang kedua adalah sitokinin yang sebagian
besar dihasilkan oleh akar-akar tanaman kakao.
Fungsi dari sitokinin adalah memacu perturnbuhan tunas sebab cytokinin diangkut
ke ujung-ujung titik tumbuh.
Pada
musim kemarau di mana
tanaman kekurangan air, pembentukan hormon
ABA akan mengalami
peningkatan. Akibatnnya
perbandingan kadar ABA/sitokinin bertambah besar, sehingga fungsi ABA lebih
dominan. Dengan demikian tanam an kakao tidak membentuk
tunas-tunas baru atau dalam keadaan dorman. Sebaliknya bila kelembaban tanah cukup, pembentukan ABA segera berangsur-angsur turun dan kadar
cytokinin relatif tetap. Dalam hal demikian
peranan cytokinin lebih dorninan,
sehingga tanaman kakao dipacu untuk membentuk tunas-tunas
baru.
4.
Akar
Perakaran
kakao tumbuh cepat pada bibit
dari biji yang baru berkecambah, dari
panjang akar 1m pada urnur
1 minggu tumbuh menjadi 16 -
18 cm pada umur 1 bulan
dan 25 cm pada
umur 3 bulan. Pertumbuhan
akar mencapai 50 cm pada
umur 2 tahun. Jadi, makin
lama keeepatan pertumbuhan akar
semakin berkurang.
Pada tanah yang dalam
dan drainasenya baik, perakaran
kakao dewasa mencapai 1,0 -
1,5 m. Akar lateral sebagian
besar sekitar 56% tumbuh pada
lapisan tanah atas sedalarn 0 - 10 cm. Sedangkan 26% pada
bagian yang lebih
dalam (11 - 20 cm),
dan sekitar 14% pada bagian
yang lebih dalam
lagi (21 - 30 cm), dan hanya sekitar 4% tumbuh pada kedalaman lebih dari 30 cm. Jangkauan akar lateral jauh di luar proyeksi tajuk tanaman.
5.
Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan
dari bekas ketiak
daun pada batang
dan cabang-cabang. Tempat tumbuh
bunga tersebut lama-kelamaan menebal
dan membesar disebut dengan
bantalan bunga (cushion).
Bunga kakao
terdiri dari 5 daun
kelopak, 5 daun mahkota,
10 tangkai sari yang tersusun
dalam 2 lingkaran terdiri
dari 5 tangkai sari tetapi
hanya satu lingkaran
yang fertil dan 5
daun buah yang bersatu.
Bunga kakao
berwarna putih-ungu atau kemerahan, benangsari yang steril disebut staminodia
dan yang fertil disebut
stamen yaitu pada lingkaran dalam. Bakal buah atau ovarium disusun
oleh 5 daun buah (carpellium) dan
berisi banyak bakal biji (ovulum) yang tersusun melingkari poros
tengah buah.
6.
Buah
Warna buah kakao beraneka ragam, namun pada dasarnya hanya ada dua macam yaitu: buah muda berwarna
hijau putih dan bila masak menjadi
berwama kuning, dan buah muda yang berwarna merah
setelah masak menjadi oranye.
Kulit
buah beralur 10, alur
dalam dan dangkal
silih berganti. Untuk jenis Criollo dan Trinitario alur buah nampak jelas, kulit tebal tetapi
lunak dan permukaan kasar. Sedangkan
jenis Forastero umumnya permukaan buah halus atau rata dan kulitnya tipis.
Tanaman kakao asal stek lebih cepat menghasilkan
buah daripada bibit biji atau okulasi.
Buah muda sebagian besar layu dan
kemudian mati, terutama pada
umur sekitar 1-2 bulan.
Hal ini merupakan gejala spesifik dari kakao yang disebut physiological effect
thinning. Buah yang mengalami
peristiwa ini panjangnya kurang
dari 10 cm.
Kelayuan buah
muda merupakan penyakit
fisiologis dan khas untuk kakao; sekitar 60% - 90% buah muda mengalami peristiwa
ini terutama pada umur 0-50 hari.
Buah muda yang layu dan mati tetap menempel pada tanaman
tidak seperti pada
tanaman buah-buahan yang lain.
Pada dasarnya tanaman kakao terdiri atas dua tipe yang
dibedakan atas warna bijinya. Tanaman kakao dengan biji tidak berwarna (putih)
termasuk dalam group Criollo sedangkan kakao dengan warna biji ungu termasuk
dalam group Forastero (Sunanto, 1999).
Dewasa ini di Indonesia dibudidayakan dua jenis kakao
Yaitu jenis Lindak (Bulk) dan jenis Mulia . Buah kakao Lindak berbentuk bulat
hingga bulat telur dengan biji berbentuk gepeng, kotiledon berwarna ungu tua
dan rasanya pahit. Berat rata-rata biji satu gram dengan kandungan Iemak
mendekati 56% dan ukuran serta berat biji heterogen. Kakao Mulia dicirikan
dengan bentuk buah dari bulat telur hingga lonjong, dengan biji besar dan
bulat. Warna kotiledon didominasi warna putih sedangkan berat kering biji lebih
dari 1.2 gram per biji. Kandungan lemak umumnya kurang dari 56%, dan ukuran
serta berat biji homogen. Umumnya aroma serta rasa kakao Mulia lebih baik
daripada kakao Lindak (Sunanto, 1999).
B. Syarat
Tumbuh Tanaman Kakao
Tanaman kakao adalah tanaman asli hutan hujan tropis yang
hidup baik pada lingkungan dimana suhu tahunan yang tinggi dengan kelembaban
yang tinggi (Puslitkoka, 2005). Batas geografi untuk penanaman kakao adalah
20° LU ingga 20° LS dengan daerah pertanaman komersial terletak antara 10° LU
hingga 10° LS (Cahyono, 2010).
Syarat agar tanaman tumbuh baik tanaman kakao menurut Wahyudi
(2008) adalah:
1. Iklim
Faktor
iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman kakao meliputi curah hujan, suhu,
kelembaban udara, sinar matahari, dan angin.
a.
Curah
Hujan
Distribusi curah hujan yang merata sepanjang tahun lebih
penting daripada jumlah hujan tahunan sebab tanaman kakao lebih cocok bila
bulan kering tidak melebihi dari 3 bulan.
Daerah
produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250 - 3000 mm tiap
tahun. Curah hujan yang kurang dari 1250 mm akan terjadi evapotranspirasi
melebihi presipitasi.
Di
daerah yang keadaan iklimnya demikian dianjurkan tidak menanam kakao kecuali
ada irigasi.
Curah
hujan yang melebihi dari 2500 mm tiap tahun akan meningkatkan serangan penyakit
busuk buah Phytophthora dan VSD
atau
Vascular Streak Dieback. Di samping itu, akan terjadi pencucian/pelindian atau
leaching yang berat terhadap tanah, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah,
pH turun dan pertukaran kation rendah.
b.
Suhu
Faktor suhu sangat berhubungan dengan tinggi tempat. Pada
umumnya
kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 m dari
permukaan
air laut. Suhu maksimal untuk kakao sekitar 30° - 32°C, sedangkan suhu minimum
sekitar 18 - 21°C. Bila suhu terlalu tinggi menyebabkan hilangnya dominasi
apical, dan tunas ketiak daun tumbuh menjadi daun yang kecil-kecil. Sedangkan
suhu yang terlalu rendah menyebabkan daun seperti terbakar dan bunga mengering.
Suhu dapat mempengaruhi pembentukan flush, pembungaan dan
kerusakan daun. Misalnya perbedaan suhu siang dan malam yang besar akan
mendorong terjadinya flush. Suhu rata-rata di Indonesia sekitar 25° - 26°C,
maka kemungkinan untuk pengembangan kakao masih besar.
c.
Kelembaban
Udara
Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban udara relatif maksimum
100%, pada malam hari dan 70% - 80% pada siang hari.
Kelembaban
yang rendah akan mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan
kelembaban yang tinggi mengundang
perkembangan
cendawan patogen.
d.
Sinar
Matahari
Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dalam
proses
fotosintese. Namun kebutuhan sinar matahari tergantung dari
besar-kecilnya
tanaman. Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekitar 25% -
35% dari sinar matahari penuh. Sedangkan untuk tanaman dewasa atau yang sudah
berproduksi kebutuhan sinar matahari makin besar yaitu 65% - 75%. Hal ini dapat
diperoleh dengan cara mengatur tanaman penaung.
e.
Angin
Daun kakao umumnya lebih besar dibanding dengan daun
kopi, sehingga lebih mudah rusak bila diterpa angin kencang. Terutama daun yang
muda akan mudah robek dan terjadi defoliasi. Hal ini akan lebih berat bila
sifat angin itu kering dan kencang, keeepatan angin mulai merusak dan merugikan
tanaman kakao apabila lebih dari 4m tiap detik atau sekitar 15km tiap jam.
2. Tanah
Faktor tanah yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
kakao adalah sifat fisik tanah, sifat kirnia tanah, dan kandungan bahan organik
tanah.
a.
Sifat
Fisik Tanah
Seperti tanaman pada umumnya, kakao juga menghendaki tanah
yang mudah diterobos oleh akar tanaman, dapat menyimpan air, terutama pada
musim hujan drainase dan aerasinya baik. Perakaran kakao pada umumnya dapat
meneapai kedalaman sekitar 1 - 1,5 m untuk akar tunggangnya. Sedangkan akar
lateral sebagian besar terdapat pada lapisan atas, sedalam sekitar 30 em. Maka untuk
memperoleh perakaran yang baik, yang mampu menghisap air dan unsur hara,
tanaman tahan kekeringan, dan tidak mudah rebah diperlukan kedalaman efektif
tanah sekitar 1,5 m. Di samping itu, tanah bebas dari batu-batuan dan cadas
yang mengganggu perkembangan akar.
b.
Sifat
Kimia
Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki
kisaran pH 4,0 - 8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0 - 7,5 di mana unsurunsur hara
dalam tanah eukup tersedia bagi tanaman. Pada pH yang tinggi misalnya lebih
dari 8,0 kemungkinan tanaman akan kekurangan unsur hara, dan akan keracunan AI,
Mn dan Fe pada pH yang rendah, misalnya kurang dari 4,0. Tanah yang masam dapat
diberi pengapuran dengan dosis 1,6 kg tiap tanaman. Jadi, dalam satu hektar
dengan jarak tanam 2 x 4 m diperlukan sekitar 2 ton kapur.
c.
Bahan
Organik
Bahan organik berfungsi untuk mempertahankan kelembaban
tanah,
persediaan atau sumber unsur hara tanaman, dan untuk memperbaiki struktur tanah
permukaan. Pada lapisan tanah atas sekitar 0-30cm kandungan bahan organiknya
sekitar 3,5% atau 2% karbon.
Untuk meningkatkan kadar bahan organik dapat dilakukan
dengan memberi mulsa dari pangkasan tanaman pelindung sementara atau tetap.
C. Zat
Pengatur Tumbuh
Hormon yang mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
tanaman mempunyai peran yang penting dalam mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
tanaman. Dewasa ini hormon tanaman yang dikenal dengan nama Auksin, Giberilin,
Sitokinin,asam absisik dan Etilen, melalui kemajuan industri kimia telah
diproduksi hormon sintetisnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan peningkatan
produksi tanaman. Hormon-hormon ini
dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh (Harjadi,
2009).
Ahli tumbuhan umumnya mempergunakan istilah zat pengatur
tumbuh tanaman daripada istilah hormon tanaman. Istilah zat pengatur tumbuhan
mencakup baik zat-zat endogen maupun zat-zat eksogen (sintetik) yang dapat
mengubah pertumbuhan tanaman. zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh
tanaman disebut Fitohormon, sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh
tanaman sintetik. Zat pengatur tumbuh tanaman didefinisikan sebagai senyawa
organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah yang kecil (10
- 10
mm) yang disintesakan pada bagian tertentu
dari tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian lain tanaman dimana zat
tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis (Harjadi, 2009).
Auksin adalah senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya
dalam mendukung pemanjangan sel pada pucuk dengan struktur kimia dicirikan
dengan adanya indole ring. Gibberilin adalah senyawa yang mengandung gibbon
skeleton, menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduanya, giberelin
dapat dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang
mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus
hydroksil dapat dibedakan menjadi gugu hidroksil yang berada di atom C nomor 3
dan nomor 13. Sitokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk
merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar
dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya
tunas pada kultur jaringan atau pada tanaman induk, namun sering tidak optimal
untuk tanaman dewasa. sitokinin memiliki struktur menyerupai adenin yang
mempromosikan pembelahan sel dan memiliki fungsi yang sama lain untuk kinetin.
Kinetin adalah sitokinin pertama kali ditemukan dan dinamakan demikian karena
kemampuan senyawa untuk mempromosikan sitokinesis (pembelahan sel). Meskipun
itu adalah senyawa alami, Hal ini tidak dibuat di tanaman, dan karena itu
biasanya dianggap sebagai "sintetik" sitokinin (berarti bahwa hormon
disintesis di tempat lain selain di pabrik) (Harjadi, 2009).
Sitokinin telah ditemukan di hampir semua tumbuhan yang
lebih tinggi serta lumut, jamur, bakteri, dan juga di banyak tRNA dari
prokariota dan eukariota. Saat ini ada lebih dari 200 sitokinin alami dan
sintetis serta kombinasinya. Konsentrasi sitokinin yang tertinggi di daerah
meristematik dan daerah potensi pertumbuhan berkelanjutan seperti akar, daun
muda, pengembangan buah-buahan, dan biji-bijian. Sitokinin umumnya ditemukan dalam konsentrasi
yang lebih tinggi di daerah meristematik dan jaringan yang berkembang. Mereka
diyakini disintesis dalam akar dan translokasi melalui xilem ke tunas.
biosintesis sitokinin terjadi melalui modifikasi biokimia adenin. Etilen adalah
senyawa dari 2 atom C dan 4 atom H, mempunyai peranan dalam proses pematangan
buah sedangkan Asam Absisik adalah zat pengatur tumbuh yang menghambat proses biokimia
dan fisiologi bagi aktifitas ke-4 zat pengatur tumbuh di atas (Anonim ,2010)
D. Tinjauan
Umum Air Kelapa
Harjadi (2009) mengemukakan bahwa pertumbuhan embrio
dalam kultur jaringan dapat distimulasi oleh air kelapa. Diduga dalam air
kelapa terdapat sitokinin disamping senyawa lainnya.
Harjadi (2009) melalui penelitian kultur kalus
tembakau mengemukakan bahwa ke dalam basal medium yang ditambahkan air kelapa
telah dapat diisolasi adanya bahan aktif Kinetin dari air kelapa yang mampu
mendorong pembelahan sel.
Kinetin adalah senyawa
-furfuril
adenine, suatu turunan dari basa adenine. Oleh para ahli fisiologi tumbuhan
kinetin yang diketahui mampu mendorong pembelahan sel dikenal dengan nama
sitokinin yang menggambarkan fungsinya dalam pembelahan sel (sitokinesa) (Dewi, 2008).
Perlakuan perendaman dalam air kelapa berdasarkan pada
hasil penelitian Simangunsong (1991), dimana perlakuan perendaman dalam air
kelapa selama 6, 8 , 12 jam telah mampu menstimulir dengan baik pertumbuhan
setek lada (Anonim, 2004)
Air kelapa adalah substansi yang komplek. Steward dan Shartz dalam Khrishnamoorthy
(1981) telah berhasil mengisolasi dua substansi penting yang dikenal dengan
diphenyl urea dan myoinositol. Meskipun demikian ternyata kedua substansi ini
tidak dapat memberikan efek yang sarna dibandingkan air kelapa. Hal tersebut
disebabkan dalam air kelapa selain terkandung sitokinin, juga mengandung
substansi lain seperti auksin, gibberilin, asam amino, asam nukleat dan
lain-lain. Kombinasi dari substansi- substansi inilah
yang memberikan efek terhadap pembelahan sel tanaman (Anonim, 2004)
.
- METODE PENELITIAN
A. Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan di desa Serdang Sari Jl.salak RT.44 Palaran, Samarinda. Ketinggian
tempat kurang lebih 250m di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan dari
bulan Desemer 2014 hingga bulan juli 2015 meliputi pembuatan proposal, pelaksanaan
penelitian dan pembuatan laporan
B. Bahan
dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan adalah :
1.
Biji
kakao yang diperoleh dari Kebun Percontohan Poltanesa, Samarinda.
2.
Tanah
Podsolik Merah Kuning.
3.
Pasir.
4.
Pupuk
kandang.
5.
Air
kelapa.
6.
Insektisida
Furadan 3G.
Sedangkan alat yang digunakan adalah :
1.
Polybag
berukuran 40 cm x 30 cm dengan tebal 0.1 mm.
2.
Gembor.
3.
sprayer.
4.
Meteran.
5.
Jangka
sorong.
6.
Alat
tulis.
7.
Kamera.
C. Metode
Penelitian
Percobaan dengan perlakuan perendaman kecambah kakao dalam
air kelapa terdiri atas 2 taraf
perlakuan, yaitu :
1.
C0
: Tanpa perendaman dalam air kelapa
2. C1 : Perendaman selama 6 jam
Setiap
satuan percobaan terdiri atas 20 bibit tanaman.
D. Pelaksanaan
Percobaan
1. Persemaian
Benih kakao dikecambahkan dalam bedeng persemaian. Tanah
terlebih dahulu digemburkan kemudian dilapisi pasir yang telah diayak setebal
15 cm secara merata. Untuk melindungi kecambah dari sinar matahari langsung dan
air hujan, bedengan diberi naungan bambu dengan intensitas 75 persen.
Benih ditanam dengan meletakkan bagian ujung yang besar,
tempat tumbuh akar di sebelah bawah sampai hanya sebagian kecil saja yang
tersembul di permukaan tanah. Benih ditanam dengan jarak 3 cm x 3 cm, dengan
arah baris menghadap ke arah timur.
2. Perlakuan
Tanaman
Perlakuan dilakukan saat kecambah berumur dua minggu
bersamaan dengan tahap pemindahan kecambah ke dalam polybag. Kecarnbah yang
diambil adalah kecambah dengan kriteria : akar lurus, daun sehat dan tidak
rusak. Perendaman kecambah kakao dilakukan sesuai perlakuan.
Pemindahan kecambah ke dalam polybag dilakukan sebelum
keping biji membuka kurang lebih umur dua minggu setelah semai. Ke dalam
polybag masing-masing ditanam satu kecambah kakao yang sehat. Jarak tanam antar
polybag di dalam bedengan adalah 40 x40 cm.
3. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan satu kali sehari pada waktu pagi hari
untuk menjaga agar air tanah tetap berada dalam kapasitas lapang.
Pemupukan dilakukan sesuai perlakuan dengan cara alur di
sekeliling bibit tanaman. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan
menggunakan insektisida sevin 85 S serta
fungisida Dithane M-45 untuk mencegah jamur. Penyemprotan dilakukan seminggu
sekali, bila intensitas serangan tinggi penyemprotan dapat ditingkatkan hingga
dua kali dalam seminggu.
4. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah keeambah dipindahkan ke
dalam polybag mulai umur 1 MST hingga 4 MST, dengan selang waktu pengamatan 1
minggu pada semua tanaman, meliputi :
1. Tinggi
tanaman, diukur dari permukaan media sampai titik tumbuh bibit. Pengukuran
dilakukan satu minggu sekali.
2. Diameter
batang, diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan satu
minggu sekali.
3. Jumlah
daun, berdasarkan daun pada bibit yang telah membuka sempurna. Pengukuran
dilakukan satu minggu sekali.
4. Panjang
akar diukur pada akhir pengamatan
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Jumlah
Daun
Rata-rata jumlah daun
bibit kakao berdasarkan hasil penelitian disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Rata-rata jumlah daun (helai)
bibit kakao
Taraf Perlakuan
|
Minggu Pengamatan (MST)
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|
C0
|
2
|
3
|
4
|
5
|
C1
|
2
|
2
|
5
|
6
|
Tabel
1 menunjukkan bahwa pada umur 1 MST perlakuan
tanpa perendaman (C0) tidak
menunjukan perbedaan rata-rata jumlah daun terhadap perlakuan dengan perendaman
selama 6 jam(C1), sedangkan pada umur 2 MST terlihat bahwa pertumbuhan bibit
kakao dengan perlakuan perendaman air kelapa mengalami penurunan laju
pertumbuhan, perlakuan perendaman selama 6 jam (C1) memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan tampa perendaman (C0) pada umur
tanam 3 MST dan 4 MST.
2. Tinggi
Tanaman
Rata-rata tinggi tanaman bibit kakao
berdasarkan hasil penelitian disajikan pada tabel berikut :
Tabel
2. Rata-rata tinggi tanaman (cm) bibit kakao
Taraf Perlakuan
|
Minggu Pengamatan (MST)
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|
C0
|
4,29
|
5,78
|
7,1
|
7,9
|
C1
|
3,99
|
5,32
|
8,16
|
9,23
|
Tabel
2 memperlihatkan bahwa perlakuan perendaman kecambah kakao dengan air kelapa
(C1) memberikan hasil rata-rata tinggi tanaman yang lebih baik daripada
perlakuan tanpa perendaman pada minggu ke 3 dan 4 setelah tumbuh. Sedangkan
pada minggu ke 1 dan 2 setelah tanam, rata-rata tinggi tinggi tanaman pada
perlakuan C1 masih lebih rendah daripada C0.
3. Diameter
Batang
Rata-rata diameter batang bibit kakao
berdasarkan hasil penelitian disajikan pada tabel berikut :
Tabel
3. Rata-rata diameter batang (mm) bibit kakao
Taraf Perlakuan
|
Minggu Pengamatan (MST)
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|
C0
|
1,34
|
1,63
|
1,86
|
2,01
|
C1
|
1,39
|
1,61
|
1,89
|
2,97
|
Tabel 3 memperlihatkan bahwa perlakuan
perendaman kecambah kakao dengan air kelapa (C1) memberikan hasil rata-rata
diameter batang yang lebih baik daripada perlakuan tanpa perendaman pada minggu
ke 3 dan 4 setelah tumbuh. Sedangkan pada minggu ke 2 setelah tanam , rata-rata
diameter batang pada perlakuan C1 masih lebih rendah daripada C0.
4. Panjang
Akar
Rata-rata diameter batang bibit kakao
berdasarkan hasil penelitian disajikan pada tabel berikut :
Taraf
perlakuan
|
Panjang
akar (cm)
|
C0
|
4,29
|
C1
|
6,45
|
Tabel 4 rata-rata panjang
akar (cm) bibit kakao
Tabel 4
memperlihatkan bahwa perlakuan perendaman kecambah kakao dengan air kelapa
selama 6 jam (C1) memberikan hasil rata-rata panjang akar yang lebih baik
daripada perlakuan tanpa perendaman (C0) pada minggu ke 4 setelah tumbuh.
B. Pembahasan
Data pada Tabel 1-4 menunjukkan walaupun pada umur 1-2
MST pertumbuhan bibit kakao yang di rendam dengan air kelapa sempat mengalami
hambatan tetapi pada umur 3-4 MST pertumbuhan bibit kakao yang diberi perlakuan
dengan di rendam air kelapa mampu tumbuh lebih cepat. Diduga telah terjadi perubahan dalam air
kelapa dimana setelah pertumbuhan bibit tidak tertekan, zat pengatur tumbuh
yang terdapat dalam air kelapa telah mampu merangsang pertumbuhan bibit kakao
sehingga pada umur 3-4 MST pertumbuhan bibit kakao yang telah direndam dengan
air kelapa mengalami peningkatan dan dapat melampaui pertumbuhan bibit kakao
yang tidak di rendam dengan air kelapa.
Air
kelapa telah lama diketahui sebagai sumber yang kaya akan zat aktif yang diperlukan
untuk perkembangan embrio. Di dalam air
kelapa terdapat 1 - 3 difenil urea dalam jumlah yang banyak. Harjadi
(2009) menyatakan bahwa dipenil urea adalah senyawa non purin yang
mempunyai aktifitas sitokinin. (Gambar 4). Dipenil urea yang terkandung dalam
air kelapa dapat menstimulir pembelahan sel tanaman.
Lakitan (2011)
menjelaskan bahwa sitokinin berpengaruh luas pada proses-proses fisiologis
dalam tumbuhan. Sitokinin terutama mampu
mendorong pembelahan sel serta menghambat
proses penuaan pada tumbuhan utuh. Air kelapa juga mengandung beberapa
jenis cyclitols yaitu myoinositol
dan sycloinositol.
Campbell (2003) menyatakan bahwa inositol secara tersendiri tidak dapat
mendorong pertumbuhan kalus wortel, tetapi bersama-sama dengan fraksi air kelapa yang aktif, inositol
dapat mendorong pertumbuhan kalus wortel. Inositol juga dapat mendorong
pertumbuhan kalus tanaman lainnya jika ditambahkan auksin, kinetin dan
vitamin. Penemuan terakhir menunjukkan
bahwa inositol ikut berperan di dalam proses metabolisme penting yang berhubungan dengan pernbelahan sel.
Harjadi (2009) menambahkan bahwa inositol selain dijumpai dalam air
kelapa juga banyak terdapat dalam beberapa jenis ikan dan buah arbei.
Auksin
sebagaimana dinyatakan oleh Lakitan (2011) dan Campbell (2003) mampu mendorong pembesaran sel dan bersama-sama dengan etilen, gibberilin, sitokinin dan ABA berperan penting dalam
proses fisiologis tanaman.
Disamping
mengandung beberapa komponen yang mempunyai aktifitas zat tumbuh, air kelapa
juga mengandung sorbitol alam jumlah yang sangat banyak. Sorbitol adalah bentuk reduksi dari glukosa
dengan rumus bangun C6H14O6 (Harjadi, 2009).
Air
kelapa juga mengandung beberapa vitamin
yaitu asam pantotenat, biotin, asam folat, riboflavin (B2), hiamin (Bl) dan
pyridoxin (B6). Lakitan. B. (2011) menjelaskan
bahwa asam pantetonat adalah
bagian dari koenzim A. Biotin, asam
folat/ vitamin B dan pyridoxin berperan penting dalam metabolisme sel.
Air
kelapa bila dibiarkan pada lingkungan luar akan mengalami perubahan
kemasaman. Hal ini disebabkan karena
terjadi fermentasi karbohidrat,
khususnya glukosa. Pada tahap
awal glukosa akan difermentasikan
menjadi alkohol dan kemudian dirubah menjadi asam cuka (Harjadi, 2009).
Azwar (2008) menyatakan alkohol termasuk senyawa basa lemah yang bila
terurai akan melepaskan OH dengan pH 7 - 8.
Dalam konsentrasi rendah, alkohol
dapat mendorong pertumbuhan tanaman, tetapi dalam konsentrasi inggi justru
bersifat menghambat pertumbuhan tanaman. dengan
demikian dalam air kelapa, alkohol dapat mendorong pertumbuhan tanaman
pada saat awal fermentasi glukosa, kemudian akan menghambat pertumbuhan
tanaman pada akhir fermentasi dimana saat itu alkohol terdapat dalam
konsentrasi yang tinggi. Sifat mampu
mendorong pertumbuhan tanaman muncul kembali dengan terjadinya perubahan alkohol menjadi asam cuka dimana
saat itu tercapai kembali konsentrasi alkohol yang rendah.
Perubahan
kemasaman yang terjadi pada air kelapa akan mempengaruhi efektifitas kerja dari zat pengatur tumbuh
yang dikandung. Harjadi (2009) menyatakan untuk efektifitasnya, zat pengatur tumbuh
(ZPT) membutuhkan kondisi kemasaman yang optimal.
Penggunaan
air kelapa sebagai media pertumbuhan telah dikenal luas dan terbukti mampu
mendorong pertumbuhan tanaman dalam teknik kultur jaringan (Harjadi, 2009), sedangkan panelitian Simangunsong (1991) menunjukkan bahwa perendaman dalam air kelapa
selama 6, 8, 12 dan 20 jam dapat merangsang pertumbuhan setek lada dengan baik.
Terlihat
pula bahwa pada semua perlakuan perendaman kecambah kakao pada awal pengamatan
menunjukkan adanya pertumbuhan pertumbuhan yang tertekan. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono
(2010) yang menyatakan bahwa perkembangan akar kakao sangat dipengaruhi
oleh keadaan air lingkungan yang ekstrim, dan menjadi pembatas penanaman kakao
di daerah pantai.
dugaan
lain adalah terjadi antagonisme antara
air kelapa dengan kotiledon kakao yang menyebabkan tertekannya pertumbuhan bibit kakao pada awal pengamatan.
Keadaan
bibit yang tertekan diduga mengurangi
atau bahkan menghambat penyerapan zat pengatur tumbuh yang terkandung
dalam air kelapa serta translokasinya ke
daerah kegiatan penelitian.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil dan pembahasan maka didapatkan kesimpulan bahwa perendaman kecambah kakao
dalam air kelapa selama 6 jam memberikan hasil rata-rata lebih baik terhadap
terhadap jumlah daun, tinggi tanaman
diameter batang dan panjang akar pada bibit kakao.
B. SARAN
Perlu
dilakukan penelitian yang sama dengan pengamatan yang lebih lama untuk mengetahui Iebih Ianjut pengaruh dari zat pengatur
tumbuh yang terdapat dalam air kelapa.
LAMPIRAN